- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Novel ini bercerita tentang kehidupan di sekolah asrama
remaja. Tokoh utama yang menceritakan perubahan hidupnya setelah memilih pindah
sekolah dalam novel ini adalah Miles.
Pencarian ‘a great perhaps’ membawa seorang Miles Halter pindah ke sekolah
berasrama di Culver Creek, Alabama.
Di asrama Miles berteman dengan Kolonel, Alaska, Takumi, dan
Lara. Kelima remaja inilah yang nantinya akan banyak diceritakan dalam novel,
terlebih kisah Miles, Alaska, dan Kolonel. Hal yang unik, yang menjadikan tokoh
Miles menonjol adalah dia bisa mengingat ucapan terakhir dari tokoh-tokoh
dunia, karena Miles senang membaca buku biografi. Hal ini jugalah yang membawa
Miles jadi dekat dengan Alaska dan Kolonel.
Cerita disampaikan cukup panjang di bagian awal, bahkan
konflik sebenarnya dari novel ini baru aku temukan setelah hampir membaca
setengah novel. Konflik yang coba dituturkan oleh toko Miles adalah hilangnya
tokoh Alaska terjadi pada bagian ‘setelah’ dari cerita. Dan pada bagian tengah
novel inilah aku baru memahami kenapa novel ini diberi judul ‘Looking for
Alaska’.
Cerita ‘sebelum’ dari novel ini sedikit membuatku bosan,
karena tidak adanya konflik besar yang diuraikan di awal, tetapi sudut pandang
bercerita yang dilakukan tokoh Miles sedikit membantu. Novel diceritakan oleh
tokoh Miles yang dituturkan dengan bahasa ringan ala remaja. Namun, walaupun
bertema remaja, cerita novel ini kemungkinan kurang cocok dengan remaja di
Indonesia.
Menurutku, manusia menginginkan jaminan. Mereka tak sanggup membayangkan bahwa kematian hanya berwujud kehampaan besar dan gelap.
Tentu saja cerita ini sangat umum ditemukan di negara barat, isi cerita sebenarnya sedikit filosofis. Mengingat ada beberapa bagian yang membahas tema cukup berat, tetapi tema ini sepertinya lumrah terjadi pada remaja yang masih mencari jati diri, senang berpetualang dan mencoba hal-hal baru. Seperti pemikiran tokoh Miles ungkapkan:
Mungkin ‘kehidupan setelah mati’ hanya sesuatu yang kita karang untuk meredakan sakitnya kehilangan.
Opini dan pemikiran remaja ini cukup kritis, dan inilah yang sering dirasakan para remaja yang kurang kita amati, karena kita semalam ini hanya menganggap para remaja adalah anak yang baru gede dan labil.
Membayangkan masa depan membuatmu bertahan hidup, kau hanya menggunakan masa depan untuk menghindari masa sekarang.
Novel 288 halaman karangan John Green ini menceritakan
kehidupan remaja yang kadang luput dari perhatian kita, penulis mencoba
memberikan gambaran atau sudut pandang dari pikiran-pikiran para remaja dengan
cerita ala remaja yang ringan.
Novel ini aku rekomendasikan dibaca di awal pekan. Kalau pun
nantinya kamu juga sepertiku, yang sedikit merasa bosan dengan cerita awal
novel ini, teruslah membaca. Siapa tahu kamu menemukan makna besar pada bagian
akhir–seperti dalam kasusku yang baru mengatakan oh … ini maksudnya, oh …
begini jalan ceritanya–pada bagian ‘setelah’ dari novel ini.
Selamat menuju akhir pekan, teman-teman.
Stay happy and
healthy 😃
Written by Mu'ala
Komentar
Posting Komentar