Inspirasi Menata Interior Meja Perapian untuk Menyambut Lebaran

Review Novel Semasa, Pada Akhirnya Kata ‘Selamanya’ Bukan Pilihan Lagi


Setelah membaca bab pertama ‘Semasa”, aku sudah menyiapkan diri kalau akan banyak air mata yang akan menemaniku membaca novel ini. Hingga aku menyelesaikannya tiga hari kemudian, aku tenggelam dalam lautan kenangan dan air mata.

‘Semasa’ aku rampungkan pada senja Jumat, hari yang dihimpit dua hari saat kedua orang terkasihku memenuhi janji mereka kepada Sang Maha Pemilik Kehidupan. Meskipun kepergian salah satu dari mereka sudah belasan tahun yang lalu, tetapi aku tidak bisa lupa sedikit pun bagaimana kenanganku pada kedua hari di masa lalu itu.

‘Semasa’ menarikku pada masa lalu yang sering menyapa di malam hari. Saat malam membuatku lebih melankolis, saat sedang sendiri, menyusun lembar demi lembar kenangan seorang diri. 

Orang cenderung meromantisir tengah malam, seperti halnya perpisahan, pertemuan, dan lain-lainnya, agar hidup tidak terlalu membosankan.

Aku lebih banyak menangis di tengah malam, saat aku … entah bagaimana merasa seolah-olah aku orang paling kesepian di dunia. Ya itu, mungkin aku tipe yang akan dengan mudah meromantisir tengah malam dengan kenangan-kenangan yang kubuat seolah aku menjadi orang paling menyedihkan. Tebawa perasaan, sehingga membuat sesuatu yang sepele, hal-hal yang biasa saja berubah menjadi benda yang menguraikan kesedihan terpendam.

Betapa hal-hal, perasaan-perasaan, kerap dipengaruhi semata-mata oleh suasana hati.

‘Semasa’ membawaku menelusuri kisah sederhana dari dua keluarga yang harus membuat keputusan. Hingga pada akhirnya keputusan itu yang membuatku menangis tersedu pada jingga Jumat yang ceria. Hari yang ceria, aku yang sesegukan merana.

Namun ada hal lain dari ‘Semasa’ yang memberiku pelajaran, memberiku sudut pandang baru tentang bagaimana aku harus memilih untuk mengingat masa laluku. Tidak masalah apa judulnya, tidak peduli tema kesedihan atau kebahagiaan yang akan tersemat pada kenangan-kenangan, yang pasti aku harus menerimanya. Apa yang ada di masa lalu akan tetap di tempatnya.

Sekarang aku berada di masa kini, sedang membuat lembar kenangan baru untuk diingat di masa depan. Aku ingin menyusun kenangan itu, seperti yang ‘Semasa’ tunjukkan padaku.

Kenangan tidak melulu sesuatu yang nyata di masa lalu, kerap ia hanya tentang bagaimana kita memilih untuk mengingatnya.

Manis, sederhana, penuh makna(untukku khususnya), ‘Semasa’ bisa menjadi temanmu juga di akhir pekan. Kalau kamu mencari bacaan ringan, novel ini bisa jadi pilihan. Isi cerita dari novel hangat ini sebanyak 149 halaman, bisa kamu habiskan dalam sehari kalau kamu tipe pembaca yang memiliki kemampuan membaca cepat, tidak seperti aku yang memiliki kebiasaan membaca sangat lambat 😅

Selamat menikmati akhir pekan, semoga kamu menemukan judul untuk kenanganmu sendiri saat bisa membaca ‘Semasa’ dan menyelesaikan buku-buku lain yang kamu baca.


Written by Mu'ala

Komentar