- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Novel Guru Aini merupakan prekuel dari novel Orang-Orang
Biasa. Seperti biasa, ciri khas yang selalu aku dapatkan saat membaca
novel-novel karya Andrea Hirata adalah kesederhanaan kalimat yang indah.
Novel Guru Aini akan berkisah tentang Matematika dan jenis
anak yang mendengar mata pelajaran ini disebut saja sudah membuat panas dingin.
Cerita berfokus pada perjuangan Aini – anak yang sangat bermusuh berat dengan
Matematika, kemudian bertemu dengan seorang Guru Matematika idealis yang
terkenal ‘galak’.
Bukan galak dalam artian suka marah-marah. Guru Matematika
yang akan menjadi jalan Aini untuk berbaikan dengan mata pelajaran hitung
berhitung ini mempunyai andil besar, baik buat Aini sendiri, maupun buat
pembaca.
Banyak hal yang bisa diambil dari kehidupan Guru Matematika
Aini ini, yang namanya akan kalian tahu jika membaca novelnya. Guru Matematika
yang rela ditugaskan di pelosok ini sangat ingin menemukan siswa jenius dalam
Matematika, sampai dia menemukan seorang Aini yang malah ‘alergi’ dengan
Matematika.
Setiap alergi pasti ada obatnya, begitu juga dengan Aini
yang akhirnya bisa menemukan obat mujarab agar tidak sakit perut lagi saat
melewati jam pelajaran Matematika. Novel yang ‘sedikit’ lebih tebal dari novel
Orang-Orang Biasa ini sarat akan makna.
Iyap, aku bahkan mendapatkan banyak pemasukan kutipan.
Kutipan yang paling kocak adalah kutipan berikut.
“Memintarkan seorang murid cukup untuk membuat batin seorang guru tertekan, tetapi murid yang sudah pintar dan mengabaikan kepintarannya, akan memukul perasaan seorang guru dengan kegetiran yang tidak dapat dimengerti siapa pun.”
Kalian pasti akan mengerti maksud dari kutipan kalimat di
atas kalau sudah membaca novel Guru Aini. Aku memang suka mengoleksi
kutipan-kutipan dari buku yang dibaca. Ini aku lakukan untuk memberikan
semangat dalam mengejar mimpi-mimpiku.
Kadang pertanyaan “Mengapa kita ini ada di dunia dengan
kehidupan yang kita jalani sekarang? Kenapa kita tidak menjalani kehidupan
seperti orang lain yang menurut kita ‘wah’?” sering menghantuiku. Pertanyaan
yang kadang membuatku merasa kurang beruntung, suatu pemikiran jahiliyah yang
sangat disayangkan dan harus segera dicerahkan. Jalan pencerahan ini aku
temukan dari membaca buku-buku.
Dari membaca buku, aku bisa menemukan tempat ‘healing’
terbaik versiku. Satu kutipan dari novel Guru Aini yang sangat indah berikut
sangat cocok untuk membangkitkan semangat.
“Dalam desau sepi angin pagi. Dalam gerimis hujan dini hari. Dalam gerak-gerik halus benda-benda. Dalam harapan-harapan yang tak terkata, tersimpan rahasia mengapa kita ini ada.”
Dari novel Guru Aini yang mengambil tema tentang Matematika,
aku belajar bahwa semua yang sudah ditetapkan untukku tidak akan tertukar
dengan orang lain. Aku hanya perlu menjalaninya dan terus bersyukur atas
pelajaran hidup yang belum tentu dilalui oleh orang lain.
“Matematika menyebar rata, mengganda dalam aturan yang ketat, dan membagi habis. Tak ada keraguan, tak ada kesangsian, tak ada yang tak pasti. Dengan kata lain, matematika memberi kita sense of justice, rasa keadilan.”
Dannnn, kutipan favoritku dari novel ini adalah ….
“Jangan biarkan perasaan terlambat menerkammu.”
Lagi-lagi aku tercerahkan saat membaca sebuah buku. Aku dan
satu mimpiku yang terlihat mustahil untuk digapai masih terus berjuang. Sebuah
mimpi yang hampir tenggelam oleh pikiran negatif tentang lambatnya prosesku
dalam meraihnya. Aku bahkan sudah sampai pada tahap merasa ‘terlambat’ untuk terus
mempertahankan mimpi sejak kecilku itu.
Berkat novel ini, berkat Aini, aku menyirami mimpiku lagi.
Bagaimana dengan kalian? Apakah ada satu mimpi yang belum
tercapai dan kalian sudah ingin menyerah?
Jangan lupa baca novel Guru Aini untuk menjaga mimpi-mimpi kalian tetap hidup.
Written by Mu'ala
Komentar
Posting Komentar