Inspirasi Menata Interior Meja Perapian untuk Menyambut Lebaran

Review Novel Ayah, Ruginya Beli Novel Bajakan

 

Purnama Kedua Belas …. Novel ini dibuka seperti novel-novel Andrea Hirata yang lain, selalu dibuka dengan suasana tokoh yang dikaitkan dengan alam, yang pada akhirnya aku ketahui sebagai kalimat majas. Seperti kutipan singkat pada paragraf ketiga dari bab pertama 'Ayah'.


Novel ini berkisah tentang ikatan antara seorang ayah dan anak. Ada sabar, tokoh ayah yang menjadi garis besar dalam novel ini. Seperti namanya, Sabari adalah lelaki sabar yang hidupnya–menurutku, sangat mengenaskan. Sabari mencintai Marlena. Marlena membenci Sabari. Sungguh ironi.


Ironi dan paradoks, memang selalu menjadi bagian paling memesona dari cinta.

Ada juga Zorro dalam novel ini, anak Marlena yang bisa tumbuh dengan kasih sayang dari seorang Sabari. Marlena bisa menghiraukan cinta tulus Sabari. Namun, Zorro mampu membuat Sabari gila saat anak kecil itu dibawa pergi oleh Marlena.

Ada sebuah keindahan pada kata menunggu yang didapatkan Sabari. Dan keromantisan novel ini bisa aku dapatkan pada lembar teakhir kisah “Ayah”. Keromantisan yang tidak hanya digambarkan dari tokoh Sabari, keromantisan juga dapat aku tangkap dari tokoh lain dari novel ini. Keromantisan yang menurutku sedikit terlambat, tetapi inilah kehidupan, tidak ada yang selalu tepat waktu kalau kita hanya menganggap semua masalah hanya sebuah ‘masalah’.

Mengapa orang-orang yang tepat selalu datang terlambat.

Selain hubungan ayah dan anak antara Sabari dengan Zorro, ada kosah Amiru dan ayahnya–Amirza, juga kisah Larissa dan ayahnya–Pak Tua Niel. Pada lembar-lembar terakhir, aka nada benang merah yang mempertemukan ketiga kisah ayah dan anak ini.

Cinta sebelah mata bisa meningkatkan kapasitas otak. Rupanya cinta, meski sebelah mata maupun buta, selalu saja berbuah kebaikan.

Novel ini mampu memberikan tawa pada halaman sebelumnya dan menghadirkan air mata pada lembar berikutnya. Bersiaplah, novel setebal 412 halaman ini siap mengaduk-aduk emosimu.

Untuk aku, perjalanan bersama novel ‘Ayah’ punya kisah yang tidak mudah aku lupakan hingga hari ini. Novel ‘Ayah’ sudah aku tunggu saat menyelesaikan ‘Sebelas Patriot’ yang pada bagian coming soon memperlihatkan cover awal ‘Ayah’. Walaupun telat beberapa bulan setelah novel ini diterbitkan pertama kali, akhirnya aku membeli novel ‘Ayah’ via online, mencoba memberikan hadiah pada diri sendiri–alasan utama kenapa aku menunda membeli novel ‘Ayah’ 🎁.

Saat itu aku yang masih buta akan dunia bajak membajak dalam dunia literasi tidak menyadari kalau aku membeli novel bajakan. Awalnya aku mau memaklumi, ya okelah bajakan, tetapi masih bisa kebaca walaupun sedikit kabur. Namun, pada akhirnya aku menemukan kekecewaan, mungkin inilah akibat dari mengecewakan mereka yang tersakiti oleh novel bajakan yang aku beli.

Melanjutkan membaca novel ‘Ayah’ versi bajakan ini bikin emosi, bagaimana tidak, banyak halaman hilang dan jilid novel yang mudah lepas, padahal baru pertama kali dibaca. Lihatlah bagaimana rupa novel bajak pertama dan satu-satunya yang pernah kubeli ini.

Back to the buku bajakan, setelah lulus kuliah aku kebingungan sendiri dengan kardus-kardus buku yang memenuhi kamarku di rumah. Aku lalu mulai memilah mana buku yang masih ingin aku simpan dan mana buku yang bisa aku donasikan ke perpustakaan daerah. 

Aku jadi bingung sendiri setelah menemukan novel ‘Ayah’ bajakan yang tersembunyi bagian terdalam kardus. Aku bingung, mau diapakan novel bajakan tersebut, mau didonasikan, yak an enggak enak. Akhirnya aku hanya mencoret-coret novel ‘Ayah’ bajakanku, dan menjadikannya sketchbook dadakan.

Aku akhirnya tidak tuntas membaca novel ‘Ayah’ kala itu. Aku perlu menabung lagi, ya maklum … saat itu masih tergantung dengan uang bulanan dari Ayah. Hingga akhirnya aku menemukan novel ‘Ayah’ asli, no bajak-bajak di perpustakaan daerah saat aku pulang di masa liburan kuliah. Aku pun bisa membaca tanpa dosa, menikmati cerita yang rasanya sangat sayang untuk mengambil jeda. 

Aku sendiri sangat mengagumi Andrea Hirata (maaf, curhat), menurutku setiap kalimat yang hadir dalam novel-novelnya seperti mengalir begitu saja, dan setiap novel selalu memberikan kesan tersendiri.

Belajar dari pengalaman dengan buku bajakan, akhirnya aku lebih selektif dalam memilih toko buku online yang memberikan kemudahan dalam membeli. Aku juga jadi sadar diri, lebih baik menahan lebih lama untuk menabung daripada membeli buku murah secara buru-buru, yang ternyata bajakan. Sekarang mulai melek literasi, mulai cari tahu, selain penulis, siapa aja pihak-pihak yang membantu hingga sebuah buku bisa sampai di tanganku. Jadi aku bisa mengajari diriku sendiri untuk menolak buku bajakan, karena aku akan menyakiti banyak orang, penulis, dan orang-orang yang bekerja di penerbitan.


Happy weekend, stay happy and healthy 😊
 

Written by Mu'ala

Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. komentar sebelumnya terhapus :D

      dulu ga ngerti sama buku bajakan karena murah beli aja. sehari baca udah pada bertebaran halamannya. ternyata bajakan. huaaa hiks hiks hiks.

      Hapus
    2. Buku bajakan memang menyakitkan, Kak 😥 walaupun bisa memberikan kesenangan sesaat karena harga murahnya, ternyata di akhir malah bikin kecewa.

      Hapus

Posting Komentar