Forget Me Not - Bab 5

Forget Me Not - Bab 3


Bab 3 - Gerimis Keberuntungan

"Terima kasih," ucap Anna kepada seorang wanita yang menyerahkan kunci kamar padanya.

Anna berjalan lelah menuju kamarnya di lantai dua. Dalam kamar yang sudah dipesankan oleh Brian, Anna segera melempar tubuhnya ke tempat tidur.

Di jalan menuju penginapannya tadi, Anna mendapati belasan panggilan tidak terjawab dari Brian. Anna memang mengatur ponselnya dalam keadaan 'diam'. Maka, saat sudah sampai di penginapan, Anna pun mengirim pesan, mengucapkan permintaan maafnya.

Tidak mau terlalu berharap pesannya akan dibalas oleh Brian, Anna mengambil posisi duduk, akan berdiri untuk mengeluarkan barang-barang dari ransel, tetapi layar ponselnya menyala.

Anna segera memeriksa ponsel, balasan dari Brian masuk ke kotak pesannya. Anna kembali merebahkan diri, berbalas pesan kepada Brian, menceritakan kegiatan jalan-jalannya, tanpa memasukkan sosok Chakan.

Anna menahan diri untuk tidak menceritakan pertemuannya dengan Chakan kepada orang lain. Anna ingin menikmati momen pertemuan ajaib itu seorang diri terlebih dahulu.

Anna saling mengirim dan membalas pesan dengan Brian, hanyut selama setengah jam dalam obrolan teks jarak jauh. Setelah saling mengirimkan ucapan 'goodnight', Anna tidak mau berpanjang cerita lagi, karena paham dengan jadwal kerja Brian besok pagi.

"Keputusan tepat, aku tidak akan menyesali keputusanku kali ini," gumam Anna, meletakkan ponsel di ranjang, menatap langit-langit kamar.

Keputusan Anna mengambil pekerjaan di luar negeri adalah sebuah pilihan yang berat. Keputusan itu membuatnya bangga sekarang, tidak harus menunggu 5 sampai 10 tahun kemudian. Menjadi editor di London adalah pekerjaan pertama Anna setelah memutuskan berhenti bekerja dari sebuah perusahaan besar dua tahun lalu.

Keputusan dua tahun lalu juga bukan keputusan sepele, Anna mengambil langkah yang membuat abang dan kakaknya terkejut. Berhenti bekerja, melakukan perjalanan solo ke Eropa adalah hal yang sudah lama Anna rencanakan.

Keputusan itulah yang membawanya pada pertemuan dengan Brian. Keputusan-keputusan yang diambil selalu menuntut sebuah pertanggungjawaban besar, juga sebuah kejutan. 

Melihat foto-foto dari ponsel dan kamera milik Chakan ketika makan malam tiga jam lalu membuka kenangan indah Anna saat melakukan perjalanan solonya di Eropa.

"Kalau aku ajak Brian jalan-jalan, dia mau tidak, ya? Biar aku ada teman di liburan akhir tahun nanti."

Membayangkan liburan bersama Brian membuat wajah Anna memerah, hangat oleh khayalan indah dalam kepalanya.

"Kerja dulu, Anna."

Anna mengakhiri kegiatan rebahannya di ranjang, mulai mengeluarkan barang-barang dari ransel. Anna mengamankan laptopnya terlebih dahulu.

"Aaa," seru Anna, tangannya refleks memukul pelan kepalanya.

"Kalau tadi aku minta kontak Chakan, mungkin aku bisa punya kesempatan untuk bertemu lagi dengan fotographer itu."

"Eh, tunggu dulu, Anna. Kamu dan dia baru kenalan."

Anna membantah sendiri kalimatnya, menggeleng cepat. Meskipun begitu, Anna tetap menyesali keterpukauannya kepada Chakan sampai lupa meminta kontak pria tersebut.

"Tapi ... bagaimana cara memintanya? Aku harus pakai alasan apa?"

Anna bingung sendiri.

"Ah, sudahlah, makin dipikirkan akan semakin pusing."

Anna menghidupkan laptop, kemudian mencari folder dengan nama "My Future Husband from the Past". Anna benar-benar lupa kalau dirinya tadi mau mandi dan berganti pakaian.

Anna mengagumi sosok dalam gambar digital di laptopnya, rapi dan gagah dalam balutan jas, seorang tokoh sejarah dari suatu negara. Anna belum mendapati ada satu gambar pun yang memperlihatkan pria dari masa lalu itu berpakaian santai.

"Mungkin akan terlihat seperti Chakan tadi," komentarnya, mengingat penampilan Chakan.

Gambar pria dari masa lalu itu sudah lama Anna kagumi. Anna terpana pada tatapan bersahabat dan hangat dari pria dalam foto, sehangat tatapan Chakan saat dilihatnya pertama kali dalam kereta.

Anna suka berkhayalan tentang kisah romantis bersama pria masa lalu yang meninggal muda itu. Seandainya imajinasi itu Anna tuangkan dalam bentuk tulisan, pasti sudah ada dua atau tiga novel cetak yang bisa dibaca. Namun, Anna hanya pembaca, seorang penikmat cerita-cerita, hanya berani mengadaptasi khayalannya ke pentas imajinasi dalam kepala.

Anna belum berani menuangkan imajinasinya sendiri dalam bentuk tulisan. 

Getir, perasaan itu dahulu sering mengembalikan Anna dari dunia khayalan sebelum tidur. Menyadarkan kalau Anna terlalu membuang waktu untuk mengkhayalkan hal tersebut. Namun kini, sosok itu muncul di depan matanya, nyata, menyentuh tanah, bernapas, tersenyum, menyapa, tertawa, dan bicara padanya. Kurang ajaib apa lagi perjalanan Anna di Edinburgh.

"Astagfirullahalazim!" seru Anna terlonjak.

Suara dentang jam yang menunjukkan waktu tengah malam menyadarkan Anna untuk segera mengakhiri rasa kagum pada perjalanan ajaibnya bertemu dengan sosok Chakan. Anna buru-buru membersihkan diri, berganti pakaian dan beristirahat.

Tubuh lelah Anna lenyap dibuai istirahat panjang.

Anna bangun pagi dengan perasaan bahagia. Setelah siap, Anna turun ke lantai satu, tidak jauh dari meja resepsionis, ada restoran kecil yang disediakan khusus untuk tamu.

Anna menyantap sarapan hangatnya dengan pelan, menyiapkan energi untuk menjalankan tugasnya hari ini. Alamat penulis wanita yang ingin ditemui Anna berada tiga puluh menit berjala kaki dari penginapan.

Anna awalnya memutuskan berjalan kaki untuk menikmati suasana pagi, tetapi saat melihat mendung menggantung di langit Edinburgh, Anna pun memutuskan naik bus.

"Ini aku lagi di jalan, baru turun dari bus," ujar Anna, bicara dengan Brian melalui ponsel.

"Oke. Selamat bertugas, An."

Anna mendapatkan tambahan semangat dari Brian. Namun, mental Anna langsung diterpa badai. Selain memang langit mulai menurunkan butir-butir gerimis, Anna menemukan alamat rumah yang diberikan Elijah dalam keadaan kosong.

"Anne pergi dua hari yang lalu, katanya mau jalan-jalan di London."

Kalimat dari tetangga-seorang wanita, memberi tahu Anna sebuah kenyataan pahit. Anna sempat melongo sesaat, tetapi kemudian segera mengambil ponsel dan mencari nama ketua editornya di daftar kontak.

"Benarkah?"

Suara Elijah dari ponsel terdengar tidak kalah terkejutnya dengan Anna. Beberapa detik hanya hening, Anna kemudian bertanya apa yang bisa dilakukannya sekarang.

"Kamu tunggu sampai besok. Aku akan lapor ke Diana untuk menambah waktu perjalananmu di sana," pinta Elijah.

"Oke," terima Anna.

"Oh iya. Sekarang ada 1 naskah dalam daftar tugas tim editor yang belum dikerjakan. Aku rencananya akan memberikan tugas ini setelah kamu kembali ke London, tapi sepertinya aku serahkan sekarang saja. Nanti aku kirim ke emailmu salinan file naskahnya."

"Oke." 

Anna menerima dengan senang hati tugas lain untuknya.

"Naskah ini diberikan dengan langkah super ringan oleh penulisnya sendiri, ha-ha-ha."

Seolah menyindir penulis wanita yang akan Anna temui di Edinburgh, Elijah tertawa setelah menceritakan lebih lanjut tentang naskah baru tersebut.

"Meskipun begitu, aku tetap penggemar setia penulis wanita yang harus kamu temui di sana. Anggaplah tadi itu sedikit kritikan untuknya agar tidak mengganggurkan pembaca terlalu lama," lanjut Elijah, kemudian mengakhiri komunikasi melalui ponsel dengan Anna.

Anna bersandar di pagar rumah penulis wanita tersebut, mencari informasi dari internet tentang tempat bersantai yang nyaman sambil bekerja. Sebenarnya, area tempat tinggal penulis wanita yang Anna datangi menjadi salah satu tempat wisata, sayangnya gerimis mengurungkan niat Anna untuk jalan-jalan. Gerimis sudah makin lebat, Anna pun memutuskan mencari tempat bersantai sambil jalan.

"Atau ke sini saja, ya," gumam Anna pada dirinya sendiri.

Tangan Anna lincah di layar ponsel yang terkena tetesan gerimis. Anna tidak memperhatikan langkah kakinya dengan benar, kepalanya dengan mantap menubruk punggung seseorang.

"Ouw," ringis Anna memegangi kepalanya.

Ketika menegakkan kepala untuk meminta maaf-sadar insiden tadi terjadi karena dirinya, Anna justru terpana, matanya melebar menyaksikan seorang pria berbalik dengan gerakan lambat seperti dalam drama romantis yang pernah ditontonnya.

Anna kembali tersihir oleh Chakan.


Baca cerita lengkapnyan di sini:

Valenashzona - Forget Me Not



Written by Mu'ala

Komentar